Pages

Saturday, December 4, 2010

Praaakkkk....!!!

Aku selalu tahu hitam putih tentangmu. Tahu pula bagaimana situasi hatimu setiap hari. Saat kamu tertawa, tersenyum atau menangis sendiri. Atau saat tiba-tiba kamu berteriak seolah-olah sedang memaki diriku. Ekspresimu selalu keluar tanpa pura-pura. Emosi yang natural, aku suka.

Seperti pagi ini, kamu membuka matamu pelan-pelan, menggeliat, melirik ke jam dinding. Olala..telat !! Bergegas kamu beranjak dari ranjang tidurmu dan menyempatkan dirimu menengokku sebentar. Ada kotoran di sudut matamu, rambut acak-acakan dan kamu menguap pula. Wah..aku tahu persis aroma nafas dan tubuhmu di pagi hari. Kamu sambar handuk di sudut kamar, yang bertengger di tiang jemuran kecil kemudian masuk ke kamar mandi. Aktivitas mandi kilat ala bebek segera dimulai.

Benar saja, di menit kelima, kamu sudah keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit tubuhmu. Amboi..betapa menggairahkannya dirimu dengan keadaan seperti itu. Lalu saat yang kutunggu datang, saat kau taruh handuk di jemuran, tubuhmu polos tanpa sehelai benang pun. Sekilas kamu mematut dirimu di hadapanku. Andai aku bisa bernafas, pasti aku akan memilih menahan nafasku barang sebentar. Kamu memang nyaris sempurna.

Lalu dengan tergesa kamu pakai baju favoritmu, celana jeans dan t-shirt ketat yang pas membalut tubuhmu. Wajahmu disapu dengan bedak bayi, dan sedikit lipstik warna peach teroles di bibirmu nan ranum. Jujur, hari ini kamu cantik luar biasa. Aku yakin semua lelaki di dunia ini akan sepakat dengan pendapatku ini.

Sekali lagi, kamu mematut penampilanmu di hadapanku. Memastikan tak ada lagi yang perlu dibenahi. Kamu tersenyum puas. Lalu sosokmu menghilang setelah bunyi pintu ditutup. Kembali aku sendiri dalam kesunyian di kamar kost-mu ini, menanti dirimu pulang seperti hari-hari kemarin.

***

Aku terkejut saat kamu datang dengan wajah yang kesal. Seorang lelaki membuntuti langkahmu dan ikut masuk ke kamar. Ah..ya..itu kekasihmu kan ? Laki-laki yang paling sering datang ke kamar kost-mu ini. Biasanya, kamu akan tertawa manja saat ada kekasihmu. Tapi kali ini tidak ada tawa. Laki-laki itu juga tampak begitu marah. Sepertinya kalian sedang bertengkar. Pertengkaran pertama yang aku lihat di kamar ini. Atau mungkin pertengkaran yang kesekian kali dengan setting di tempat lain ? Entahlah..aku tidak tahu.

Kamu beradu mulut dengan lelaki itu, yang aku belum begitu paham kemana arah pembicaraannya. Kamu teriak, lelaki itu balas berteriak seolah tidak peduli teman-teman kost yang lain akan mendengar. Sepertinya akan begitu heboh. Biasanya, aku melihatmu beradu mulut tanpa suara dengan kekasihmu, saling memberikan kehangatan. Kurasa hati kalian saat ini sedang berjarak sehingga perlu berteriak tidak seperti saat hati kalian dekat, cukup hanya dengan bisik-bisik manja.

Matamu berlinang air mata, sambil sesekali terisak..

“Abang jahat...,” ucapmu lirih diantara isakmu. Ada nada kepedihan yang dalam. Lelaki yang kamu puja selama ini telah menyakiti hatimu.

“Sudah aku bilang, aku tidak suka kamu pergi dengan laki-laki itu !”

“Abang tahu kan, dia teman kuliahku. Aku sedang bikin tugas dengannya. Harus berapa kali aku bilang, bang ?"

“Pokoknya aku tidak mau tahu apapun alasannya. Kamu tidak boleh pergi dengan laki-laki manapun tanpa seijinku !”

“Bukankah aku selalu memegang kepercayaan abang. Kejujuran seperti apalagi yang abang inginkan. Jangan cemburu buta, bang..”

“Kamu membantah saja. Apa perlu aku memukul kamu ?”

Kamu terperangah. Tidak menyangka kekasih yang kamu cintai tega berkata seperti itu. Sejenak keberanian bangkit dalam dirimu.

“Pukul, bang..ayo pukul aku untuk menunjukkan kejantananmu. Tak kusangka kamu tega berbuat senista itu. Semakin jelas bagiku abang siapa !”

Mata kekasihmu sangat merah. Tangannya sudah siap melayang ke arah wajahmu tapi kemudian berbalik ke arahku dan....”Prrraaaakkkk....” dalam sekejap tubuhku hancur berkeping-keping. Beberapa pecahan tubuhku menancap di tangan kekasihmu. Darah mengucur dari tangan kekasihmu.

Kamu tak percaya melihat serpihan-serpihan tubuhku. Antara bingung, kamu menatap kekasihmu dan merasa kehilangan atas hancurnya diriku. Sebelas tahun aku menemanimu berakhir sia-sia tanpa makna. Sebentar lagi aku akan terganti dengan yang lain. Tak kan mampu lagi aku melihat sosok indahmu. Benar katamu, kekasihmu jahat !

Pertanyaannya :

Siapakah aku ? Huehehe... ( iseng.com )