Pages

Friday, December 23, 2011

Surat Dari Panti Jompo


Gambar dipinjam dari sini

Anak-anakku,


Saat ini ibu sudah tenang tinggal di Panti Jompo. Kalian tidak perlu risau dengan keadaaan ibu, karena sudah ada yang mengurus ibu disini. Ibu pun sudah punya banyak teman yang senasib dengan ibu di panti ini. Tak perlulah kalian merasa bersalah dengan tindakan kalian yang memasukkan ibu di tempat ini. Tindakan kalian sudah tepat, sangat tepat karena ibu tidak kesepian lagi disini. Ada banyak teman untuk saling berbagi cerita. Bukankah kita semua sudah sepakat kalau ini cara terbaik yang dipilih untuk kebaikan semuanya ?


Ibu tidak merasa kalian telah membuang ibu disini. Justru ibu merasa bisa beristirahat dengan tenang. Ibu tidak ingin menjadi beban bagi kalian semua yang saling bertanya giliran siapa yang akan menampung ibu di rumah megah kalian. Dan kalian tidak perlu khawatir anak-anak kalian salah didikan hanya karena ibu terlalu kolot mendidik cucu. Kita tidak pernah sepaham dalam mendidik anak, padahal dulu ibu mendidik kalian persis seperti apa yang ibu terapkan kepada anak-anak kalian, cucu-cucu ibu. Kalian lebih percaya dengan majalah, internet dan apa kata orang daripada ibu kalian sendiri. Tak apalah, kalian sudah lebih pintar dari ibu. Mungkin juga jaman yang sudah maju, tidak relevan lagi dengan cara didikan ibu yang ketinggalan jaman.


Anak-anakku,


Ibu sangat senang dan bersyukur kalian semua sudah menjadi orang yang mapan. Yang mempunyai kedudukan penting di tempat kerja kalian masing-masing. Ibu bangga, karena segala perjuangan ayah dan ibu dulu tidak sia-sia dalam membesarkan kalian. Tentunya ayah di surga bisa tersenyum bahagia melihat keberhasilan kalian semua.


Tapi, ibu juga khawatir dengan segala waktu yang kalian gunakan dalam bekerja setiap hari. Kalian sudah bangun pagi-pagi sekali saat anak-anak kalian masih terlelap tidur. Demikian pula denga suami ataupun istri kalian. Semua memilih jalannya meniti karier yang tertinggi. Kemudian kalian akan pulang saat hari sudah gelap, dan menyaksikan anak-anak kalian telah terlelap tidur. Mereka, anak-anak kalian, cucu-cucuku tersayang hanya tinggal dengan pembantu selepas usai sekolah. Mereka hanya punya waktu sempit bertemu dengan kalian saat kalian libur, itupun jika kalian tidak kelelahan ataupun saat tidak ada acara dengan relasi kerja kalian di hari libur. Ah..kalian melewatkan banyak momen penting dalam perkembangan anak-anak kalian.


Memang, kalian mampu memberikan pendidikan yang terbaik buat mereka. Melengkapi semua kebutuhan mereka dari pakaian, mainan dan makanan yang lebih dari cukup. Tapi kalian lupa, mereka bukanlah robot yang akan menurut diberi ini itu. Mereka juga berhak kasih sayang dari kalian yang sangat terbatas. Ibu mohon, jangan batasi kasih sayang kalian untuk mereka ya ? Sungguh, sebenarnya ibu ingin sekali menemani hari-hari mereka daripada hanya didiamkan saja oleh pembantu-pembantu kalian.


Anak-anakku,


Ibu tidak pernah menuntut kalian untuk membalas semua perjuangan yang telah ibu lakukan bersama ayah kalian dalam membesarkan kalian. Tidak. Sudah menjadi kewajiban ayah dan ibu sebagai orang tua kalian mendidik, memberikan pendidikan dan kebutuhan selayaknya. Kalian harus jadi orang yang lebih baik pendidikannya dari ayah ibumu ini yang hanya sampai bangku SMP. Tak peduli saat itu ayah harus membanting tulang berjualan apa saja dan ibu rela bekerja apa saja dari menjadi babby sitter, memasak di kost-kostan atau menjadi buruh cuci dan setrika pakaian sekalipun. Semua ayah dan ibu lakukan dengan tulus ikhlas demi tanggung jawab kami untuk penghidupan yang lebih layak bagi kalian.


Ibu pun tahu, saat kalian masih kecil, harus korban perasaan saat ada beberapa teman kalian yang menghina pekerjaan ayah dan ibu kalian. Tak apa, kalian jadi kuat karena itu. Walaupun awalnya, ibu tidak pernah tega melihat air mata yang kalian sembunyikan dari ibu. Ibu tahu, kalian menangis karena malu orang tua kalian bukan pejabat atau seorang pengusaha besar yang penuh limpahan materi. Tak apa, toh orang tua kalian bukan maling, pengemis atau orang yang bekerja dengan merampas hak orang lain. Kami bekerja apa saja yang kami bisa, seijin Tuhan yang selalu membimbing kita. Halal, itu yang kami cari, nak..


Melihat kalian bisa hidup layak seperti sekarang saja ibu sudah sangat bahagia. Tak ada lagi barang duniawi yang ingin ibu miliki. Toh, ibu hanya tinggal menunggu waktu dipanggil sang khalik. Ibu hanya ingin kalian pun bisa bahagia di dunia dan akhirat nanti.


Anak-anakku,


Ibu hanya sedikit menyesal kenapa tidak ada dari kalian yang mau mengalah menjadi ibu rumah tangga mendidik anak-anak kalian. Bukankah pekerjaan suamimu sudah cukup untuk menopang hidup kalian. Bukannya ibu mengabaikan pendidikan kalian yang sudah susah payah ibu perjuangkan, ibu hanya minta kalian memberikan waktu yang lebih untuk perkembangan anak-anak kalian yang masih kecil-kecil, yang masih sangat membutuhkan kasih sayang. Atau, kalian bisa membuka usaha di rumah sehingga anak-anak kalian bisa kalian awasi. Kalian tidak percaya kan saat ibu memergoki pembantu kalian memberi obat tidur kepada anak kalian yang rewel ? Bukannya kalian memecat pembantu itu, kalian malah menyalahkan ibu yang tidak ikut mengawasi pembantu. Tahukah kalian jika pembantu kalian itu seenaknya sendiri saat kalian tidak ada, berpacaran dengan tukang sayur dan meninggalkan anak-anak kalian dengan ibu ? Andai tenaga ibu masih sekuat dulu, mungkin ibu akan menampar pembantu kalian yang kurang ajar itu. Ibu sudah memberi tahu mereka tapi mereka bilang, tidak gampang cari pembantu lagi. Mereka merasa sangat dibutuhkan. Ibu sangat khawatir dengan perkembangan cucu-cucu ibu.


Anak-anakku,


Saat ini ibu sudah dimakan usia. Tenaga sudah tidak sekuat dulu. Ingatan ibu mulai banyak yang berkurang. Pendengaran ibu juga sudah tidak semaksimal dulu. Sering kalian harus membentak-bentak saat bicara dengan ibu. Saat ibu keberatan, kalian bilang serba salah, ngomong pelan tidak dengar, ngomong keras dikira membentak. Mana yang benar sebenarnya. Tidak adakah kesabaran lagi yang kalian miliki ?


Dulu, hanya ibu dan ayah yang bekerja keras membanting tulang, tapi sanggup membesarkan kalian, anak-anakku yang berjumlah lima orang. Sekarang, dari kalian berlima, tidak ada satupun yang mau merawat ibu, orang tua kalian yang tinggal satu-satunya. Kalian cukup patungan berlima membayar semua kebutuhan ibu di panti jompo ini. Mungkin lebih baik daripada ibu menjadi gelandangan karena ayah dan ibu tidak mampu membeli rumah karena penghasilan yang didapat selalu untuk biaya pendidikan dan kebutuhan kalian, selalu hanya bisa mengontrak rumah yang kecil. Tak apa, ibu terima semua ini. Ibu ikhlas. Ibu hanya minta, paling tidak kalian datang kesini menjenguk ibu, bersama dengan suami atau istri kalian, bersama anak-anak kalian, cucu-cucuku tersayang. Tapi apa ? Belum ada satupun yang menjenguk setelah ibu tinggal disini hampir satu bulan. Apa kalian pikir hanya dengan mentransfer uang ke panti ini saja sudah cukup tanpa perlu melihat bagaimana keadaan ibu ? Ibu rindu dengan kalian semua. Tapi kerinduan itu hanya mampu ibu ceritakan dengan teman-teman ibu penghuni panti disini. Kami sama-sama kesepian disini menantikan kunjungan anak-anak yang tak pernah datang.


Anak-anakku,


Jaman memang sudah berubah. Semua orang hanya berpikir praktisnya saja. Memang praktis bagi kalian tanpa harus repot mengurus ibu yang sudah tua ini, yang sudah tak mampu berbuat banyak Untuk menimang cucu saja sudah tidak mampu. Kalah gesit dengan anak kalian yang baru berumur satu tahun. Apalagi sifat ibu sekarang sudah seperti kanak-kanak lagi. Menjadi orang tua yang tak berguna. Hanya bikin malu teman-teman kalian saja. Ya sudah, tak usahlah itu diperdebatkan. Ini hidup ibu. Ibu akan jalani dengan sekuat tenaga. Toh, tugas ibu membesarkan kalian sudah selesai. Tak usahlah kalian ganti merawat ibu dengan sepenuh hati jika hanya merepotkan. Ibu masih terjamin hidup disini. Limpahan kasih sayang ibu tak perlu kalian balas dengan berbuat serupa ibu merawat kalian dari bayi dulu. Tidak, kalian tidak sedang berhutang budi kepada ibu. Karena ibu tidak pernah menganggap semua perjuangan ibu sebagai hutang kepada kalian. Tidak pantas didengar Tuhan. Orang tua tidak berhak menuntut apa-apa kepada anaknya. Pun ketika kalian berkeputusan membawa ibu ke panti jompo ini. Ini sudah lebih dari cukup daripada ibu dibiarkan mati sia-sia.


Salam sayang



Ibu


*****


Surat itu dikirim lewat pos kelima alamat di kota. Kepada lima orang anak dari seorang ibu yang tinggal di panti jompo.


Anak pertama, seorang laki-laki yang mempunyai kedudukan penting di sebuah perusahaan asing terhenyak membaca surat itu. Dia hanya mampu terdiam. Dialah yang pertama kali mempunyai gagasan untuk memasukkan ibunya ke panti jompo. Istrinya keberatan jika ibu mertuanya selalu tinggal di rumahnya yang megah, malu jika orang tuanya atau saudara-saudaranya yang sangat kaya berkunjung ke rumahnya. Maka, berembuglah si sulung dengan adik-adiknya. Memang tidak semua setuju, namun akhirnya tak ada pilihan lain karena semuanya sibuk.


Anak kedua, seorang perempuan langsung menangis membaca surat dari ibunya. Dia merasa sangat berdosa tapi tak mampu berbuat banyak. Anaknya tiga orang membutuhkan banyak biaya untuk sekolah yang tidak sedikit. Karena itu dia dan suaminya sibuk bekerja seharian sehingga tidak punya banyak waktu untuk anak-anak apalagi mengurus ibunya. Maka memasukkan ibu ke panti jompo sementara menjadi pilihan yang masuk akal.


Anak ketiga, seorang laki-laki merasa terpukul dengan isi surat dari ibunya. Dialah yang menuduh ibunya tidak mengawasi pembantunya dengan baik saat memberi obat tidur anaknya. Istrinya seorang wanita karier sukses yang melanglang buana kemana-mana hingga keluar negeri. Laki-laki itu merasa kalah saing dengan karier istrinya, maka dia bekerja siang malam demi mengejar kedudukan yang sejajar dengan istrinya. Maka, anak dan ibunya jadi korban ambisi butanya.


Anak keempat, seorang laki-laki, mempunyai keluarga paling sederhana diantara kakak-kakaknya. Menangis sesenggukan saat membaca surat dari ibunya. Dia bekerja sebagai guru di sebuah sekolah negeri. Istrinya juga seorang guru TK. Selama ini memang ibunya paling betah tinggal di rumahnya, namun demi menghidupi dua orang anak yang masih kecil dan harus membayar gaji pembantu, mereka hidup pas-pasan sehingga untuk ikut menanggung ibunya mereka kesulitan biaya. Untuk minta kepada kakak-kakaknya, dia tidak enak hati. Maka dia menyerah pada keputusan memasukkan ibu ke panti jompo. Sebuah ironi, karena dia dan istrinya adalah seorang guru.


Anak kelima, seorang perempuan yang bekerja sebagai seorang sekretaris. Menangis setelah membaca surat dari ibunya. Suaminya bekerja sebagai manager di perusahaan ternama. Suaminya pada awalnya adalah orang baik, tapi di saat-saat tertentu mempunyai kepribadian ganda di luar kesadarannya. Sering memukul istrinya tanpa alasan yang jelas dan menteror dengan kata-kata yang kasar. Anak kelima korban kekerasan dalam rumah tangga namun tidak berani melapor karena kasihan dengan anaknya yang masih kecil-kecil. Sudah pasti, ibunya tidak mungkin tinggal bersamanya. Dia tidak ingin ibunya tahu bahwa sebenarnya dia sangat menderita. Dan ibunya tidak pernah tahu, karena itu dia setuju saja saat ibunya dimasukkan ke panti jompo karena itu jalan terbaik untuk saat ini.


Mereka berlima akhirnya menjenguk ibunya ke panti jompo, mengajak anak, suami dan istri masing-masing. Semua bertekad, akan membawa ibu ke rumah mereka masing-masing seperti apa yang sebelumnya mereka lakukan. Mereka tidak ingin dianggap anak yang tidak tahu membalas kasih sayang orang tua. Mereka berjanji akan saling membantu untuk biaya ibu sehari-hari. Mereka bertekad untuk bersama-sama membahagiakan ibunya, terutama di hari tuanya. Biarkan ibunya merasa senang tinggal dengan cucu-cucunya.



Monday, October 24, 2011

Mau Pintar ? Ke Taman Pintar Yuk..!



Aksi di Taman Pintar
Ini pertama kalinya saya, suami, anak dan keponakan mengunjungi taman pintar di hari minggu. Rasanya plong dan lega bisa sampai di tempat ini karena pernah tempo dulu kesini tapi tutup karena hari senin. Ternyata memang taman ini tutup di hari senin, kecuali kalau hari senin itu pas jatuhnya tanggal merah atau hari besar, taman pintar buka, kebayang dong ramenya makanya sayang kalau tutup.

Oo..sebagai warga kota Yogya saya merasa 'berdosa” jika belum pernah menjamah tempat ini. Karena gaungnya sudah cukup lama, saat saya masih tinggal jauh di perantauan sehingga sering kangen Yogya. Lalu obsesi ke taman pintar itu terpuaskan hari ini.

Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama

Yeah..kesan pertama saat kaki saya injakkan di taman pintar ini, yang lokasinya tidak jauh dari shoping centre tempat buku-buku bekas dijajakan adalah takjub. Takjub karena memang saya tiba-tiba merasa pintar di tempat ini. Haha..lebay abis dah..Begitu kaki masuk melewati pintu, langsung mata ini menangkap begitu banyak permainan edukatif yang terhampar di halaman taman ini. Ada tempat anak-anak bermain pasir yang dibuat semacam parit memanjang plus ada terowongannya dimana hamparan pasir putih menjadi alasnya. Anak-anak cukup leluasa bermain disini untuk sekedar berlari-lari bertelanjang kaki di atas pasir. Atau saat mereka ingin membuat istana kecil dari pasir pun bisa. Konon, bermain pasir bisa mengasah kreativitas anak karena memang merangsang perkembangan motorik halusnya sehingga bisa tambah cerdas.

Lalu saya cukup terhibur saat melihat banyak anak-anak dengan celana renang atau baju minim bermain air mancur bersama-sama. Tawa riuh rendah menggema disana sini penuh kegembiraan. Waduh, tahu begini tadi bawa baju ganti, anak saya bisa ikutan nimbrung tuh. Asyik berat pokoknya. Saya janji, kalau ada waktu kesini lagi, bawa baju ganti untuk anak saya. Sebenarnya saya juga pengin, tapi sudah malu sama umur. Lagian saya lihat, tidak ada orang tua yang nekad pakai baju renang menemani anaknya berbasah-basah ria. Memang khusus untuk anak-anak kok..hehe..

Di tempat tak jauh dari air mancur ada drum-drum basar dan kecil sekitar 10 buah yang ditempel di tembok yang dipersilakan untuk dipukul-pukul dengan stik oleh anak-anak. Cocok untuk anak saya yang hiperaktif, terbukti dia langsung antusias memukul-mukul drum itu sehingga menghasilkan musik yang cukup heboh. Boleh dong saya berharap, kelak anak saya jadi drummer terkenal huihihi..

Bersebelahan dengan drum ada jembatan dari tali jaring yang menuju ke atas semacam rumah pohon gitulah. Permainan ini diperuntukkan bagi anak yang berumur 6-12 tahun. Walaupun badan anak saya sudah cukup besar dan kuat, namun saya melarangnya untuk naik karena umurnya baru 4 tahun. Bagaimanapun, keselamatan tetap nomor satu.

Ada juga semacam parabola yang berhadapan sejauh sekitar 50 meter ( kalau nggak salah, soalnya nggak saya ukur ) yang ternyata bisa untuk bertelepon seperti pakai tali dari korek itu lho. Caranya cuma dengan berbisik lho, makanya dinamakan parabola berbisik. Saya coba berkomunikasi dengan suami saya yang ada di parabola seberang saya, kemudian saya bicara pelan seperti berbisik dari lubang di parabola dengan posisi saling membelakangi ternyata dibalas dengan suara suami saya. Berarti memang bisa saling mendengar, dan suaranya terdengar cukup jelas dan seperti dekat jaraknya. Kok bisa sih, saya heran. Ternyata ada keterangan bahwa gelombang suara dipancarkan melalui parabola itu asalkan berhadapan parabolanya. Jadi ada pantulan gelombang suara gitu deh..ya..begitulah kira-kira, kalau kurang jelas silakan baca dan buktikan di taman pintar hehe..

Trus kita juga bisa lewat di bawah air mancur. Seneng deh, serasa jadi pengantin lagi hahaha..jadi ada 2 tembok sejajar, di atasnya ada air mancur yang melewati kedua sisi tembok. Sehingga kita bisa lewat dibawahnya tanpa basah. Tidak jauh dari air mancur, ada jejak telapak tangan dan telapak kaki dari para presiden Republik Indonesia, dari Pak Harto, Pak Habibie, Ibu Megawati, Alm. Gus Dur dan juga presiden SBY. Macam-macam bentuknya.

Ada juga permainan katrol, spektrum warna, kemudian di sisi barat ada tempat yang disetting seperti suasana di pedesaan. Ada sawah, patung kerbau sama gembalanya, rumah gubug..seru deh..serasa benar-benar ada di desa. Adem ayem tentrem.

Kemudian ada juga tempat untuk membatik, juga ada tempat untuk membuat gerabah. Anak-anak boleh mencoba berkreasi membuat apa saja dari tanah lempung.

Ini tadi berbagai permainan yang ada di halaman taman pintar. Masih banyak sebetulnya, tapi lainnya saya tidak begitu ingat. Jadi yang saya tulis ini yang saya ingat saja ya, yang cukup menonjol dan memang mudah diingat.

Uniknya Gedung Oval Dan Gedung Kotak

The next, kita akan memulai petualangan di taman pintar ini dengan memasuki gedung oval, gedung kotak dan memorabilia. Untuk bisa masuk ke gedung ini diperlukan sebuah tiket yang ditukar dengan uang. Ya iyalah..kalau yang di halaman tadi semuanya gratis, kalau masuk ke gedung oval dan kotak ini bayar 8 ribu untuk anak-anak dan 15 ribu untuk dewasa. Murah atau mahal relatif ya, karena pengetahuan yang didapat lebih penting dari sekedar uang yang kita keluarkan. O,ya di dalam gedung ini juga ada teater 4 dimensi. Kalau mau lihat film, bayar lagi 15 ribu. Tapi saya belum sempat masuk ke teater 4 dimensi ini karena waktu yang belum memungkinkan ( halah, sok sibuk ! ). Mungkin lain kali. Jadi akan saya ceritakan yang saya lihat di dalam gedung oval dan kotak saja ya..

Begitu masuk ke gedung yang memang bentuknya oval dan kotak ini sesuai dengan namanya, saya seperti masuk ke dalam gedung bioskop karena suasananya dibuat agak gelap dan remang-remang. Penerima tamunya adalah patung dinosaurus yang berdiri gagah dengan gigi-ginya yang runcing. Wow.. keponakan saya agak takut mulanya, sedangkan anak saya malah penginnya megang dinosaurus itu karena bentuknya mirip dengan yang ada di film dinosaurus yang pernah dia tonton.. Apalagi ada backsound seperti auman dinosaurus. Tak jauh dari patung dinosaurus ada patung kura-kura lengkap dengan telur-telurnya. Mau punya anak ceritanya. Kemudian ada juga manusia purba yang tampilannya mirip Pitechantropus erectus yang memegang tongkat kayu pendek, di sebelahnya ada perapian dari arang. Jumlahnya ada sekitar 3 orang, lagi pada barbequean sepertinya hehe..Lihat patung ini, anak saya tidak mau mendekat, merapatkan tubuhnya di samping saya. Tumben takut..itu kan nenek moyang kita, nak..

Masuk ke sebelah dalam lagi, saya berdecak kagum. Wah..nggak nyangka kalau Yogya punya tempat sebagus ini. Perpaduan antara museum, tempat hiburan sekaligus mengasah otak. Liburan sekaligus mendidik. Di lantai atas, ada foto-foto tokoh ilmu pengetahuan yang melegenda seperti Albert Eistein, Galileo, Phytagoras dan masih banyak lagi. Ada banyak perangkat fisika, salah satunya mewakili dari teori gesekan yang bisa diaplikasikan dengan permainan semacam rel-relan yang bisa bergerak setelah digesek karena ada tekanan udara. Mirip-mirip di acara Ranking satu itu lho. Ada banyak permainan ilmiah yang menyenangkan. Anak saya tak henti-hentinya bilang kok bisa, kenapa begini, kenapa begitu ? Hm..saya aja sudah lupa-lupa ingat pelajaran jaman dulu. Jadi mau kembali ke sekolah lagi huehehe..

Ada juga peragaan bagaimana proses membuat susu formula dari susu sapi. Disitu ada patung sapi, kemudian ada semacam diagram plus alat-alat yang digunakan dalam proses pengolahan dari susu segar hingga menjadi bentuk kristal yang diolah menjadi susu bubuk. Ada banyak tahap dan proses namun langkah-langkah ini menjadi asyik dipahami karena visualisasinya benar-benar mengena dan menarik.

Yang lebih lucu lagi, saat anak saya mengayuh sepeda-sepedaan ternyata di sebelahnya ada tengkorak yang ikut-ikutan mengayuh sepeda. Jadi saat anak saya mengayuh, tengkorak itu ikut-ikutan kakinya mengayuh, saat anak saya berhenti, ikut-ikutan berhenti mengayuhnya. Ada-ada saja. Fun banget..lumayan bisa ngilangin stress.. :)

Lalu, di sini kita juga bisa main debus. Lho kok ? Karena saya sudah membuktikan duduk di atas kursi penuh paku sama sekali tidak apa-apa. Bener lho, saya tidak merasa sakit dan tidak terluka sedikit pun. Sakti kan ? Sabar..ternyata ini berkaitan dengan hukum tegangan permukaan. Saat ujung paku yang runcing-runcing itu saling berjejer kemudian diduduki ternyata terdapat persamaan tegangan permukaan sehingga kita tidak merasa sakit. Tapi kalau pakunya cuma satu ya tetap aja sakit. Jadi ini penjelasannya to waktu melihat atraksi debus di televisi ada orang yang yang bisa duduk di atas ribuan paku karena ilmu fisika bisa menjelaskan kok, bukan karena mereka sakti mandraguna. Ya nggak sih ? Hm..ya, ya, ya..saya baru ngerti disini.

Lalu dari bidang Biologi selain pengolahan susu sapi tadi, disini juga ada peragaan tentang anatomi tubuh. Kemudian ada juga mikroskop yang preparatnya tentang pembuluh darah. Hasilnya bisa dilihat di layar yang cukup besar. Ada juga penjelasan tentang pengolahan air mineral dari saat awan mendung, hujan kemudian meresap ke dalam tanah menjadi mata air. Visualisasinya keren dah..

Maksud hati ingin mengabadikan berbagai pose anak saya dan sepupunya di taman pintar ini sebanyak-banyaknya, namun apa daya handphone saya low bat. Menyesal rasanya kenapa tadi nggak di charge dulu. Saya hanya sempat memotret 2 pose, selanjutnya sudah ada peringatan bunyi tit..tit..bahwa handphone sudah tidak mampu lagi mengambil gambar. Wah..saya ingat bahwa charger ada di tas, sempet punya pikiran nekad juga barangkali ada colokan listrik nganggur mau numpang nge-charge di taman pintar tapi nggak ada tuh..ya sudah..yang penting saya tadi udah sempat update status di facebook via handphone yang isinya begini : “Larut dalam hiruk pikuk taman pintar with Andro n Naia, mudah-mudahan ketularan pintar..”. Sesudah itu ya maaf kalau ada yang komen belum bisa saya bales lha wong status handphone saya antara hidup dan mati je..gawat darurat pokoknya. Saya jadi harap-harap cemas mudah-mudahan nggak ada telepon penting yang masuk karena sama sekali nggak lucu kalau tiba-tiba handphone mati alasannya low bat apalagi kalau telepon itu dari rekan bisnis. Wah..bisa gagal transaksi hehe..

Banyak sekali pengetahuan yang bisa kita dapat dari taman pintar khususnya di gedung oval dan kotak ini pokoknya. Kalau sampai Yogya nggak mampir ke tempat ini, rugi banget..saran saya sih, masukkan taman pintar ini dalam daftar kunjungan utama Anda kalau liburan ke Yogya. Soalnya nggak hanya anak-anak yang bisa belajar, orang tua juga bisa belajar banyak hal. Itung-itung mengulang pelajaran jaman sekolah dulu, kalau dulu sudah ngerti sekarang bisa diingat-ingat lagi, kalau dulu belum paham sekarang bisa dipahami lebih gamblang. Kalau sekarang masih nggak paham juga ? Hm..mungkin karena faktor usia..ya nggak apa-apa kan nggak dinilai ini. Huehehe..maunya refreshing kok malah mikir ya..

Gedung Memorabilia

O,ya..satu lagi gedung yang belum saya jelaskan yaitu gedung memorabilia. Gedung ini ada di luar, terpisah dari gedung oval dan kotak. Seharusnya, gedung ini jadi kunjungan pertama sebelum ke gedung oval dan kotak, namun karena anak saya sudah masuk duluan ke gedung oval, padahal saya baru beli tiket, dan suami serta keponakan masih di pintu masuk gedung bersama dengan petugas yang menunggu adanya tiket, maka kunjungan ke gedung memorabilia jadi pilihan terakhir.

Gedung ini lebih mirip museum tentang kraton Yogyakarta. Ada banyak sejarah tentang kraton dari raja-raja yang pernah memimpin hingga benda-benda bersejarah milik kraton lainnya. Tidak terlalu mendetail tapi cukup memberi gambaran bagaimana keadaan kraton Yogyakarta pada masa itu.

Hm.. tak terasa waktu sudah siang. Perut lapar dan saya serta suami harus melanjutkan pekerjaan yang lain yaitu kulakan onderdil mobil untuk barang dagangan. Jadi, tamasya di hari minggu ini harus kami sudahi. Semoga oleh-oleh cerita ini cukup bermanfaat. Buktikan sendiri keasyikannya, jangan mudah percaya sama cerita saya. Jangan-jangan cuma ngarang. Hehe.. Yuk dah..

Wednesday, October 19, 2011

101011


Kadang, angka tertentu diyakini mendatangkan keberuntungan. Entah sebagai sugesti atau apa, banyak orang berburu nomor cantik yang diyakini mendatangkan rejeki. Bahkan beramai-ramai orang memasang nomor supaya menang..eh..itu mah togel ya, masih adakah..atau ada yang setia pasang sampai sekarang ? Hehe..


Lain halnya dengan saya, tanggal 10 Oktober 2011, yang disingkat jadi angka 101011 merupakan hari istimewa, karena ada dua peristiwa yang menyertainya. Yang pertama, di tanggal ini genap anak kami, Andro berulang tahun ke-4. Secara kebetulan pula, hari ini adalah perayaan dua tahun Wiyono Putro Autoshop berdiri. Keduanya masih umur balita, sedang lucu-lucunya. Dua tahun adalah usia dimana anak sedang senang-senangnya berjalan, berlari, berbicara dan menyanyi. Sedangkan empat tahun adalah usia dimana anak sedang senang-senangnya bersekolah mempersiapkan pra TK-nya. Mulai senang menggambar, belajar huruf dan angka bahkan berusaha untuk bisa membaca dan menulis.


Keduanya adalah anugerah yang tak ternilai. Anak dan usaha. Harapannya, keduanya bisa sama-sama berkembang seiring sejalan saling melengkapi. Tidak mudah menciptakan sinergi yang seimbang untuk keduanya. Anak penting, usaha juga penting.


Percaya atau tidak, motivasi awal kami membuka usaha adalah karena anak. Anak adalah anugerah dari Tuhan yang sudah selayaknya dilimpahi kasih sayang yang berlimpah dari orang tuanya. Hal yang berkaitan dengan ini adalah waktu. Saat menjadi karyawan, saya dan suami sering kehabisan waktu bersama. Keduanya larut dalam pekerjaan di kantor yang menghabiskan seharian waktu kami. Akibatnya, kami terbatas untuk bertemu dan bersama dengan anak kami yang waktu itu masih bayi. Bahkan saat ibu saya yang biasa mengasuh anak kami harus pergi ke Kalimantan karena ada urusan keluarga, terpaksa anak kami titipkan eyangnya dari pihak suami yang tinggal di Yogya selama beberapa bulan sementara kami bekerja di Cirebon. Sedih rasanya harus berpisah dengan buah hati. Dua minggu sekali saya dan suami pulang ke Yogya untuk menengok anak.


Di sisi lain, menjadi dilema bagi kami untuk mencari nafkah yang sebanyak-banyaknya demi penghidupan dan pendidikan yang layak bagi buah hati. Tentunya dibutuhkan materi yang tidak sedikit. Karena itu, kami bersama-sama merancang masa depan kami dengan buka usaha bersama. Dengan berani membuka usaha, kami bisa menghasilkan pendapatan yang tidak terbatas. Tidak seperti saat menjadi karyawan yang gajinya naik tidak lebih dari 20% setiap tahunnya.


Jadi, saat ini kami merasakan banyak manfaat dengan buka usaha sendiri. Saya dan suami bisa ketemu anak setiap hari, setiap saat di toko dan di rumah. Waktunya juga lebih fleksibel untuk bertemu dengan anak. Bahkan kadang anak juga diajak ke toko. Waktu untuk kebersamaan melimpah, dan dengan restu Tuhan, semoga panghasilan yang tak terbatas bisa kami dapatkan. Tujuan akhirnya adalah keluarga harmonis, usaha lancar jaya, bermanfaat bagi semua orang. Selaras, serasi dan seimbang.


Masih teringat jelas dalam ingatan saya saat 2 tahun yang lalu, 10 Oktober 2009, awal berdirinya Wiyono Putro Autoshop yang sengaja tanggalnya dipilih sama dengan tanggal ulang tahun ke-2 anak kami. Tanggal ini dipilih sekaligus sebagai pengingat dan penyemangat bahwa ada 2 kelahiran yang sangat penting bagi kami yaitu anak dan usaha.


Sekedar diketahui, pembicaraan tentang buka usaha ini berlangsung sangat cepat. Saat lebaran di bulan September 2009, kami bertemu dengan Om Nur , Om dari suami saya yang mengajak kami untuk buka usaha di gunung Kidul, yang selanjutnya menjadi penyuport pinjaman modal awal dan motivasi. Beliau mengatakan kalau toko ban dan onderdil mobil di Gunung Kidul belum sebanyak seperti yang sudah ada di kota Yogya. Dikatakan pula, peluang buka usaha disana masih banyak.


Masalahnya, usaha harus segera dibuka karena Om Nur, memberikan deadline bahwa kalau tidak buka di bulan Oktober sesudah lebaran di tahun ini yang dianggap sebagai bulan baik untuk memulai usaha, maka usaha diundur setahun lagi. Mau tak mau kami harus bergerak cepat. Kami tertarik dengan tawaran itu, dan dalam jangka waktu satu bulan, tepatnya di bulan Oktober awal, kami resign dari pekerjaan masing-masing.


Kebetulan, tempat saya bekerja lebih memudahkan proses pengunduran diri saya karena kebetulan, karyawan pengganti posisi saya bisa cepat dicari sehingga saya bisa resign tepat sebelum anak saya berulang tahun. Sedangkan suami saya masih harus menunggu satu bulan lagi, yaitu di bulan November karena masih mengurus soal serah terima tugas dengan orang yang akan menjadi penggantinya nanti dan masih harus mengurus prosedur lain-lainnya di perusahaan yang cukup besar di Cirebon itu. Jadi, saya duluan pulang ke Yogya menyusul anak saya, sedangkan suami masih di Cirebon.


Tanggal 10 Oktober 2009, ulang tahun anak saya dirayakan di Gunung Kidul di kediaman Om kami. Suami bisa pulang dan berkumpul bersama keluarga terdekat sekaligus sebagai penanda bahwa usaha mulai dibuka. Sehari sesudah ulang tahun anak saya, suami kembali bekerja di Cirebon, anak saya ikut eyangnya di Yogya, satu jam dari Gunung Kidul. Jadi, saya terdampar sendirian di Gunung Kidul, membuka usaha sendiri. Bayangkan bagaimana rasanya jauh dari suami dan anak tercinta, dan untuk sementara saya tinggal di rumah keluarga Om Nur yang belum lama saya kenal dengan baik. Tentu rasa asing melingkupi perasaan saya. Untunglah, keluarga Om Nur adalah keluarga yang baik dan sangat mensupport sepenuh hati. O,ya Om kami ini punya usaha toko besi yang sudah besar di Gunung Kidul ini. Selama 13 tahun buka usaha, sudah punya karyawan lebih dari 20, mempunyai armada truk 10 buah, dan aset pribadi lainnya yang cukup banyak. Sudah menuai hasil pokoknya.


Awalnya, tempat yang digunakan sebagai toko ban dan onderdil ini adalah gudang tempat Om Nur menyimpan keramik dagangannya. Sambil menunggu kedatangan suami saya di bulan November nanti, saya hanya berjualan ban mobil saja tanpa onderdil. Pertimbangannya, saya masih sendirian sedangkan onderdil itu itemnya banyak sekali dan saya sama sekali belum tahu pengetahuan dasar tentang onderdil mobil. Ban saja saya belum paham. Jadi, silakan dibayangkan bagaimana bengongnya saya yang latar belakang pendidikannya adalah Sarjana Sains dari Biologi UGM, harus menjual produk berupa ban mobil yang saya belum paham betul jenisnya. Jadi, saya mempelajari sendiri sambil dibimbing oleh Om. Sedikit demi sedikit saya mulai bisa membedakan ban radial yang mana, ban standart , ukuran ban, merk ban yang ternyata jenisnya itu banyak sekali. Ampun deh..


Lama-lama, saya mulai enjoy jualan ban mobil. Apalagi saat ada yang beli. Wah..senangya tak terkira. Pernah, ada dua orang dengan perawakan tinggi besar, pakai baju u can see, trus lengannya bertato datang ke toko saya. Saya sendirian di toko dan biasanya memang sendiri, terdampar diantara tumpukan ban-ban. Awalnya agak takut juga saya, takutnya orang ini berniat jahat eh nggak tahunya beli ban truk dua. Hahay..kekhawatiran berubah menjadi keceriaan. Uang dua juta lebih saya terima. Larisss..hehe..


Lalu, bulan November suami sudah resmi keluar dari pekerjaan, bergabung bersama saya di toko. Saya lega sudah ada teman. Onderdil mobil mulai diorderkan. Ada 1000 item lebih, hah..? Gimana caranya belajar nih. Untung suami saya lulusan teknik mesin UGM, paham tentang onderdil mobil jadi saya bisa belajar pelan-pelan. Kemudian saya dan suami mulai menempati rumah sendiri, tidak tinggal di rumah Om dan bulek lagi. Masih ngontrak sih, tapi bagus untuk tempat tinggal. Kan masih berjuang.


Bulan Desember, kami dapat orang yang akan mengasuh anak kami dan mengurus kebutuhan rumah tangga saat kami di toko. Jadi, anak kami bawa, tidak dititipkan di eyangnya lagi. Resmi di bulan Desember kami tinggal sebagai keluarga yang utuh tidak tercerai berai lagi. Senangnya..


Bulan Maret 2010, kami mulai membeli alat tyre changer ( untuk memasang ban ) dan alat untuk balancing ban. Sedikit demi sedikit mulai ada perkembangan pelanggan. Paling tidak, setiap hari ada pembeli. Entah membeli onderdil atau beli ban atau sekedar balancing. Walaupun rame atau sepinya tidak mesti, tapi paling tidak ada pemasukan yang bisa membuat dapur ngebul. Pokoknya harus bisa mengatur keuangan saja. Berapa persen untuk kulakan, untuk kebutuhan sehari-hari, untuk biaya operasional, semuanya sudah ada posnya sendiri-sendiri.


Bulan Juni 2010, kami dipercaya oleh suplier ban truk dari India untuk menjadi agen satu-satunya di Gunung Kidul. Kami tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Terbukti, ban ini sangat awet dan berkualitas baik bila dibandingkan dengan ban truk lainnya. Sedikit demi sedikit kami bisa menjual produk ini.


Hingga perjalanan usaha kami menginjak usia dua tahun ini, banyak suka duka yang kami kecap. Ada kalanya kami merasakan enak saat jadi karyawan ( biasanya kalau toko lagi sepi ) karena gaji tiap bulan sudah pasti. Saat sekarang, pendapatan tidak pasti, tapi banyak sekali tantangan yang harus kami taklukkan. Saat toko ramai, gaji satu bulan bisa kami dapatkan dalam waktu beberapa jam. Rasanya senang sekali saat itu. Campur-campurlah rasanya. Trus, di usia 2 tahun ini kami juga sudah punya satu karyawan. Harapannya, dari satu ini bisa berkembang lebih banyak lagi seiring dengan perkembangan usaha.


Nah, semoga usia usaha kami yang masih hijau ini bisa berkembang secara signifikan dari waktu ke waktu, semakin dikenal, semakin banyak pasar yang diraih dan semakin menunjukkan kualitasnya. Dan semoga, anak kami pun semakin bertumbuh secara alami, menjadi anak yang membanggakan dan memuliakan semua orang. Amin.


Hm..ceritanya cukup sekian dulu ya, ada yang ban mobilnya bocor tuh, mau nambal ban tubeless dulu hehe..( karyawannya maksudnya, saya bagian kasir aja..). Dagh..lain kali disambung lagi ceritanya..semoga bermanfaat.

Saturday, August 13, 2011

Anakku Hiperaktif ?




Dari sejak bayi, saat usianya masih beberapa hari, anak saya termasuk tipe yang tidak bisa diam. Kaki dan tangannya selalu bergerak dan baru bisa diam saat matanya terpejam tidur. Awalnya, saya menganggap hal ini biasa namun lama kelamaan saya mulai merasakan adanya perbedaan sikap anak saya dengan anak-anak lain seusianya.

Dari berbagai sumber yang saya baca, Andro mempunyai ciri-ciri seperti anak yang hiperaktif. Saat usia 3 bulan, saat sudah bisa tengkurap, saya extra keras membolak balik badannya yang tak henti tengkurap untuk sekedar memasangkannya pampers. Saat ditelentangkan, dalam hitungan detik sudah balik tengkurap lagi. Dibalik lagi, sudah rubah posisi lagi. Sampai-sampai saya dan suami harus berkolaborasi untuk memegangnya supaya ritual memasang pampers bisa berjalan sukses dan lancar. Luar biasa..tenaganya besar sekali.

Saat usianya menginjak 7 bulan, sudah bisa merangkak, cepat sekali merangkaknya. Sampai saya sering kehilangan jejaknya berada dimana, ternyata sudah ada di bawah kolong tempat tidur atau pernah saat saya kebingungan mencarinya ternyata dia sudah berada di dapur dekat kompor dan tabung gas. Duh..

Lalu, ada cerita lagi saat dinaikkan baby walker, ternyata gerakannya lincah luar biasa. Gerak sana-sini sampai ngebut segala. Ya ampyun..sampai-sampai saya khawatir kalau baby walkernya terjungkal karena kelakuannya yang tidak bisa berhenti barang beberapa detik. Untung baby walkernya sengaja dipilih yang berbentuk kotak sehingga kemungkinan terjungkalnya kecil bila dibandingkan yang bentuk bundar. Sudah begitu, kami sebagai orang tua wajib melakukan pengawasan extra ketat mengingat kelakuannya yang lain dari biasa itu.

Semakin bertambah usia, sifat ingin tahu dan keaktifannya semakin bertambah. Andro sudah bisa berjalan saat usianya 11 bulan. Saat dia sudah bosan pakai baby walker ( saat usia 10 bulan ), alat itu didorong-dorongnya yang ternyata bisa menstimulus untuk cepat bisa berjalan.

Sejak bisa berjalan, otomatis daerah jelajahnya semakin luas. Perhatiannya juga mudah berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Apapun yang menarik hatinya, pasti akan dengan senang hati diikutinya. Mudah bosan, tidak fokus dan kesannya semau gue begitu. Kalau duduk, mana bisa betah duduk diam selama berjam-jam. Paling lama 5 menit, dia akan bangkit kemudian jalan-jalan tak tentu arah sehingga harus diikuti kemana saja perginya. Capek deeehhh...

Lain lagi ceritanya saat sudah bisa bicara, apa saja menjadi bahan pertanyaan. Kalau yang ditanya tidak bisa menjawab akan terus dikejar sampai memberikan jawaban yang cukup memuaskan. Gayanya ekspresif sekali. Saat dia ingin berlari, langsung berlari tak peduli itu jalan raya. Namun saat diberitahu bahwa harus hati-hati berjalan di jalan, dia akan menurut dan berjalan pelan-pelan di pinggir sekali. Saat ingin memanjat, langsung dia memanjat tanpa berpikir panjang. Meskipun sudah diingatkan untuk berhenti, dia tidak akan berhenti sebelum dia sendiri yang menghentikannya atau saat dialihkan perhatiannya dengan sesuatu yang menarik baru dia berhenti. Sebagai orang tua saya dituntut untuk kreatif dalam hal ini.

Soal hobby, Andro suka menyanyi. Saat usianya 1,5 tahun sudah hafal 30 lebih lagu anak-anak yang ditonton maupun yang didengarkannya dari CD lagu anak-anak. Kemampuan musiknya lebih menonjol bila dibandingkan dengan menggambar atau ketrampilan lainnya.

Saat diberi permainan pasang puzzle, dalam sekali diajari sudah langsung bisa memasang sendiri. Namun untuk mainan yang lain seperti mobil-mobilan kerapkali berubah bentuk atau rusak karena dibanting. Belum terlalu paham sebenarnya.

Tapi seringkali saya perhatikan, jika diberitahu baik-baik Andro akan mendengarkan dan fokus, matanya menatap mata saya. Tapi saat dikerasi, dia akan semakin berontak, protes, teriak-teriak dan menangis meraung-raung. Saat melihat CD lagu-lagu kesukaannya, dia bisa diam duduk dalam jangka waktu yang cukup lama. Dan saat diberitahu, sepertinya dia tetap sibuk dengan kegiatannya, tapi pada saat ditanya dia bisa menjawab dengan baik. Cukup membuat saya tenang, karena ternyata dia masih bisa fokus dan tidak cuek begitu saja seperti kebanyakan anak hiperaktif lainnya.

Dalam interaksi sosial dengan teman sebaya, Andro bisa bekerjasama tapi gampang sekali bosan. Temannya ada yang bawa bola, ikut-ikutan pegang bola, saat ada yang bawa mainan lain, ikut lagi. Tapi sejauh ini masih bisa diarahkan sehingga tidak mengarah ke sifat anarkhis seperti merebut mainan teman. Masih bisa diberi pengertian. Saat moodnya bagus tentunya. Saat bete, wah..jangan ditanya. Makanya saya selalu berusaha menjaga agar moodnya bagus selalu.

Sering saya salurkan kelebihan energinya dengan kegiatan naik sepeda, berenang, berlari kejar-kejaran di lapangan yang luas dan kegiatan olahraga lainnya. Karena saya sadar, selain menyehatkan, anak saya jadi tidak melakukan hal-hal lain yang di luar dugaan bisa membahayakan dirinya dan orang lain.

Saya mencoba menelaah apa penyebab dari sifatnya yang hiperaktif ini. Kemungkinan, dari sumber yang saya baca, bisa disebabkan dari proses melahirkan yang lama. Bisa jadi begitu, karena Andro lahir telat dari HPL dokter kurang lebih seminggu sehingga harus diinduksi supaya keluar dan saya mengalami kesulitan mengejan saat melahirkannya sehingga Andro lahir selamat secara normal setelah hampir satu setengah jam saya berjuang mengejan. Tepat di saat Dokter hampir memberikan keputusan Andro lahir secara di vacum atau caesar. Wah..dapat dibayangkan berapa biaya dan sakit yang sudah dirasakan jika akhirnya harus caesar. Untung akhirnya bisa lahir normal..

Kemungkinan lain, dari makanan. Menurut sumber yang saya baca, makanan saat hamil yang mengandung logam berat bisa mempengaruhi perkembangan otak anak. Bisa jadi begitu, karena saya suka makan ikan laut terutama saat hamil dulu. Kemungkinan ikan yang saya makan ada yang mengandung logam berat sehingga berpengaruh pada otaknya.

Memang harus extra sabar jika diberi titipan oleh Tuhan anak yang luar biasa ini. Luar biasa harus ditangani secara luar biasa juga. Yang penting, jika diarahkan dengan benar, anak hiperaktif bisa menjadi anak yang luar biasa cerdas di kemudian hari. Amin..semoga saya dan suami bisa mendidiknya dengan maksimal, semua yang terbaik untuknya..

Friday, August 12, 2011

Jawaban Jujur

Namanya anak-anak..selalu polos dan jujur. Termasuk Andro, buah hati tercintaku. Ceritanya begini, saat di sekolah bermainnya, Ibu Guru bertanya kegiatan anak-anak didiknya saat liburan sekolah.


Ibu Guru : Anak-anak pergi kemana saat liburan ?


Anak A : Ke Gembira loka, Bu..lihat binatang..


Anak B : Ke Kids Fun, Bu..banyak mainan..


Andro : Andro juga ke Jogja Bu Guru..sama papa mama..kulakan ban..


O..o..benar sekali nak. Hampir tiap bulan kita ke Jogja, mengantar papa mama kulakan untuk dagangan di toko ya. Memang belum sempat ke Gembiraloka lagi sejak kesana saat Andro masih 1,5 tahun dulu, juga belum ke Kids Fun. Nanti lah ya..kita cari waktu yang tepat untuk itu. Sementara ini, Andro naik andong dulu keliling Malioboro ya..

Friday, July 1, 2011

Puisi Bingung



Gambar dipinjam dari sini 


Ah..aku tak tahu..

Mulutku membisu..

Lidah kelu..

Yang ada hanya malu..


Ingin..

Terucap sesuatu dari bibir ini..

Meluncur cerita fiksi ataupun non fiksi..

Tapi..


Sekali lagi..

Mulut ini terkunci..

Hanya mampu bermimpi

Menjadi pemberani..


Minder..

Minggirlah..

Bukankah kamu sudah pergi ?

Sejak kapan datang kembali ?


Idih..

Monday, June 13, 2011

Happy Birthday, Ibu..

Gambar diambil dari sini



Hari ini ulang tahunmu. Memasuki usia manula, KTP pun sudah seumur hidup. Rentang waktu yang cukup panjang untuk pendewasaan diri. Setelah lelah membesarkan anak-anakmu termasuk aku, mungkin ini saatnya kau beristirahat. Menikmati hidup yang mungkin tinggal beberapa saat atau masih lama lagi. Terserah pada kehendak Tuhan.


Beberapa waktu ini kita sering berselisih paham. Tentang caramu mendidik anakku, yang juga cucumu. Kuanggap tak sesuai dengan standart didikan yang kudapatkan dari buku, majalah ataupun internet yang sering aku baca. Padahal, aku dulu kau didik sama seperti mendidik cucumu sekarang. Kenapa dulu aku tak pernah protes ?


Lalu, seringkali aku bersungut-sungut saat kau meminta uang untuk keperluan mandimu seperti sabun, shampoo dan lain sebagainya atau untuk sekedar jajan. Kuanggap seperti anak kecil yang suka jajan. Pemborosan. Padahal dulu, demi membesarkanku, kau rela bekerja sebagai pembantu menjadi tukang cuci, tukang masak atau baby sitter.

Saat usia merenta, saat fisikmu tak sekuat dulu lagi, kau mudah terjatuh sakit. Tak mampu lagi menafkahi diri sendiri sehingga harus berpindah dari satu anak ke anak yang lain. Seringkali aku menganggapmu sebagai beban yang harus aku tanggung. Menyudutkanmu dengan berbagai alasan bahwa kau bukanlah orang tua yang baik karena tidak mampu mempunyai rumah sendiri untuk ditinggali. Apalagi sepeninggal bapak, tak banyak yang mampu kau kerjakan. Tak mampu mengatur uang. Sehingga kadang aku malu karena aku tidak pernah punya rumah sendiri selalu mengontrak dari satu rumah ke rumah yang lain.


Ah..bagaimanapun kau adalah wanita yang pernah melahirkanku. Baik burukmu, kau tetap ibuku. Setidaknya aku bisa menjadi seperti sekarang karena pengorbananmu. Semestinya begitu pikiranku, tapi seringkali kelakuanku padamu seperti seorang anak yang durhaka kepadamu.


Tak jarang aku membentak saat tak setuju dengan pendapatmu. Menganggapmu kurang pengetahuan. Merasa bahwa aku paling pintar. Dan seringkali pura-pura aku tidak melihat kilatan di sudut matamu. Aku tetap merasa paling jumawa. Hatiku keras membatu bahkan ketika tanpa sengaja aku mendengar isak tangismu di malam hari.


Aku selalu bingung dengan sikapku. Selalu sulit untuk sekedar mengucap sebuah kata maaf. Maaf untuk apa ? Bukankah selama ini kita hanya berselisih paham ?


Sampai suatu waktu aku tersadar, tanpamu..aku tak akan pernah ada. Kebaikanmu selama ini tak mampu aku balas sebaik apapun aku padamu. Terlebih dengan sikap burukku selama ini. Apalagi, saat inipun aku telah menjadi orang tua. Apa jadinya jika suatu hari nanti anakku pun bersikap seperti aku bersikap kepadamu. Owh..tak mampu aku bayangkan, rasanya tinggal menunggu waktu saja.


Semestinya, aku tak perlu terlalu hitung menghitung. Harta benda yang aku punya, tidaklah aku bawa mati. Menjadi peninggalan untuk anak-anakku. Mestinya sekuat tenaga pula aku berkorban untukmu, layaknya pengorbananmu kala aku masih bayi hingga sekarang. Mestinya, aku tak perlu mendengarkan pendapat orang lain tentangmu. Luar dalam aku lebih mengenalmu daripada mereka. Keburukan yang terlihat, tak sebanyak kebaikan yang pernah aku terima. Semestinya aku menyerahkan semuanya kepada Tuhan, yang akan memberikan pembalasan setimpal akan perbuatanku kepadamu. Bagaimanapun, Tuhan telah memilihmu untuk menjadi malaikat penjagaku, seburuk apapun penilaianku kepadamu. Semestinya, akupun menyadari bahwa akupun bukan anak yang sempurna untukmu.


Ibu, maafkan aku..selamat ulang tahun untukmu. Semoga aku mampu menikmati waktu yang masih ada bersamamu. Sudah semestinya aku bersyukur karena masih memilikimu sebagai orang tuaku satu-satunya. Ini kesempatanku untuk membahagiakanmu..

Friday, February 18, 2011

Ada Apa Dengan Pantai Baron ?




Air laut berwarna coklat di Pantai Baron

Lama tidak berlibur ke pantai, tanggal 15 Februari 2011 kemarin, bertepatan dengan tanggal merah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, saya beserta suami, anak dan saudara melakukan tamasya dadakan ke Pantai Baron. Tanpa rencana sebenarnya, dan hampir batal karena cuaca mendung yang mengindikasikan akan turun hujan menjadi kendala terbesar. Tapi berbekal niat karena anak saya, Andro yang berusia 3 tahun lebih 4 bulan belum pernah melihat pantai secara live ( langsung ) dan saya ingin dia mengenal apa itu pantai dan laut, mendung tidak jadi masalah. Toh ada lagu yang mengatakan bahwa mendung tak berarti hujan kan ? Lagu ciptaan Deddy Dores sepertinya.

Maka, jadilah kita berlima menuju ke Pantai Baron yang berjarak 20 km dari kota Wonosari, memakan waktu perjalanan kurang lebih setengah jam dari lokasi rumah saya yang kebetulan tinggal di Gunung Kidul, 7 km dari kota Wonosari. Pantai Baron terletak di Desa Kemadang, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Gunung Kidul. Mendung masih menggayut, tapi perjalanan tetap kami lalui. Sedikit penasaran juga ingin melihat bagaimana kondisi pantai Baron terkini setelah lebih dari 10 tahun saya tidak kesana. Dan bedanya, dulu saya kesana masih gadis, sekarang sudah punya suami dan anak. Menakjubkan.

Sampai di lokasi masuk di depan, kurang lebih 100 m dari pantai, tampak kondisi yang tidak beda jauh dengan 10 tahun yang lalu. Hanya warung-warung berjualan semakin penuh sesak dibandingkan dulu yang masih jarang-jarang. Angin semilir menyambut kedatangan kami. Masih mendung, menghadirkan nuansa romantis yang menyejukkan.

Kapal-kapal nelayan diparkir di bibir pantai. Banyak jumlahnya, mungkin belasan. Jumlah tepatnya berapa, maaf saya tidak ngitung hehe..Bisa dibilang, pantai Baron adalah pantai nelayan. Dimana sumber ikan laut banyak didapat disini. Bau amis khas ikan menusuk hidung. Perpaduan antara jijik bagi yang tidak suka ikan dan lapar bagi yang menyukainya. Ikan Tongkol, Bawal putih,Kakap, lobster menjadi kekayaan hasil laut Baron. Tersedia dalam keadaan segar atau siap saji di warung-warung makan lokasi ini. Menu andalannya, sop Kakap. Mak nyuss..


Kapal-kapal nelayan yang diparkir di bibir pantai Baron


Pasir di sepanjang bibir pantai menyambut kaki-kaki nan telanjang. Sengaja, sandal ditenteng hehe..Lembut terasa merasuk jiwa. Si kecil melompat-lompat tak sabar ingin melihat seperti apa itu pantai. Sesekali tangannya berontak dari pegangan, menginginkan kebebasan beralari-lari. Jadilah kejar-kejaran diiringi tawanya yang menggema. Lepas dan bebas.

Namun..ups..saya cukup terhenyak menyadari kenyataan air laut berwarna coklat yang biasanya bening dan kebiruan. Kok bisa ? Seumur hidup, baru kali ini saya melihat air laut berwarna coklat layaknya air kali nan keruh. Mencoba berpikir, mungkin karena musim hujan, sehingga air kali keruh yang masuk ke laut sedikit banyak membuat air laut ikut coklat. Mungkin juga, bisa jadi. Tapi sejak kapan ?

Apa boleh buat, terpaksa bermain ombak coklat dengan si kecil. Sungguh, sepuluh tahun yang lalu, terakhir saya kemari, air laut begitu bening sampai hewan-hewan kecil di dalam air kelihatan. Sekarang, boro-boro..mana kelihatan ?. Hanya beberapa ekor binatang kecil sejenis kepiting / yuyu dan jingking yang tampak berlarian di pasir. Banyak harapan, warna air coklat ini hanya sementara. Saat musim hujan saja.

Saat kegirangan membiarkan kaki-kaki basah oleh ombak yang bergulung, mata dibuat terbelalak saat ada sesuatu yang nyangkut di kaki. Aih..bungkus plastik, sandal dan materi-materi sampah berhamparan. Miris, menyadari kenyataan bahwa laut menjadi tempat sampah terluas. Jangan salahkan jika airnya berubah warna dan aroma.

Cuaca mendung menyembunyikan sang surya yang kembali ke peraduan. Harapan bisa menyaksikan sunset harus terkubur saat hujan tiba-tiba mengguyur tanpa permisi. Si kecil berlari-lari tertawa merasakan pertama kali hujan-hujanan. Bersama kami berlari menjauhi pantai dengan berlindung di atap-atap warung berharap tidak terlalu basah pakaian kami.

Akhirnya, wisata dadakan yang cukup singkat selama 30 menit harus kami sudahi. Hari mulai gelap dan hujan turun semakin deras. Sangat tidak nyaman jika tetap melanjutkan wisata. Hanya satu tujuan untuk kembali : pulang. Dengan sejuta rasa dan tanya. Kenapa dan ada apa dengan Pantai Baron. Jangan biarkan ini jadi misteri. Kembalikan keasrian pantai Baron yang dulu. Saya jadi penasaran, apakah nasib saudara-saudaranya seperti Pantai Kukup, Krakal dan Sundak tidak beda jauh dengan Pantai Baron. Mengalami perubahan warna dan aroma air. Plus menjadi tempat sampah terluas. Semoga tidak. Lain waktu, ingin saya buktikan.


Menatap Pantai Baron yang airnya berubah warna

Saturday, January 8, 2011

Es Cendol Kenangan

Gambar diambil dari sini



Nining mulai gelisah. Sedari tadi matanya tak lepas menatap ke ujung jalan sana, berharap ada sepeda hijau tua yang melaju ke arahnya. Rasa lapar, haus, kantuk dan capek berbaur jadi satu tertelan oleh perjalanan waktu yang cukup panjang. Harapannya timbul tenggelam menanti jemputan bapaknya. Sebenarnya ada keinginan didalam hatinya untuk pulang jalan kaki saja, tapi ada sedikit kekhawatiran bapaknya akan mencari-cari, lagipula jarak rumah yang sangat jauh dengan sekolahnya membuat Nining ragu-ragu untuk melangkahkan kakinya. Bisa satu jam waktu yang akan ditempuhnya nanti.


Sekolah Dasar Negeri tempat Nining menuntut ilmu sudah tampak lengang. Kelas-kelas sudah rapat terkunci dan pintu gerbang sudah tertutup selama hampir satu jam yang lalu. Tinggal Nining sendirian di depan pintu gerbang sekolah, tak jauh dari jalan raya nan hiruk pikuk oleh kendaraan yang berlalu lalang.


Seragam putih merahnya sudah tampak kotor. Pikirannya sibuk bertanya-tanya dan menerka. Bapak kemana ya ? Apa lupa ? Ketiduran barangkali ? Ah..tak ada akses apapun untuk bisa mengungkap kebenaran yang ada. Tak ada handphone, tak ada orang yang dikenal yang bisa memberinya sedikit info. Sempurna sudah penantian panjang Nining.


“Belum pulang, Nduk ?”Nining menoleh ke arah suara.


Oh..bapak tua penjual es cendol pikulan. Senyum bapak itu membuat Nining sedikit lega. Bapak tua itu biasa mangkal disini melayani pembeli. Nining menggeleng sambil tersenyum. Bapak itu sudah paham jika Nining sedang menunggu jemputan. Kemarin, bapak tepat menjemput Nining saat bapak penjual es baru sampai di tempat ini.



Nining menelan ludah, menahan rasa hausnya. Terbayang betapa segarnya segelas es cendol membasahi kerongkongannya. Ah..andai ada sekeping uang logam saja untuk ditukar dengan segelas es cendol. Nining merogoh saku baju seragamnya. Seperti dugaannya, tak ada sekeping uang logam pun disitu. Nining tertawa diam-diam, sejak kapan ada uang saku disitu. Hanya keajaiban jika ditemukan uang di sakunya. Bukankah selama ini Nining selalu akrab dengan puasa dan uang saku merupakan kemewahan bagi Nining ? Mewah karena Nining hanya bisa merasakan uang saat diberi oleh Tantenya yang datang dari Jakarta, atau saat Nining mendapat upah dari berjaga bola di lapangan tenis sebagai kacung. Itupun tidak semuanya dirasakan Nining untuk bisa sekedar jajan, sebagian uangnya akan diberikan kepada ibunya sebagai tambahan uang belanja untuk makan sehari-hari.


Kemiskinan. Ya, Nining sudah cukup paham apa arti dari miskin. Tadi Bu guru menjelaskan tentang penduduk Indonesia yang masih 30% berada di bawah garis kemiskinan. Itu pasti termasuk keluarga Nining. Jika melihat ke bawah, Nining masih bersyukur bisa mengenyam sekolah. Begitu banyak teman-teman sekampungnya yang mencari nafkah di jalanan, tidak bisa sekolah. Beruntung, kedua orang tuanya berpikiran sedikit lebih maju yang menganggap pendidikan sebagai prioritas utama. Sekalipun sehari hanya bisa makan satu kali dengan nasi dan garam, itu jauh lebih baik daripada membiarkan anak-anaknya mengemis di jalanan. Ibunya yang seorang buruh cuci di sebuah kost-kostan orang kaya dan bapaknya yang seorang petugas keamanan sebuah pabrik tekstil kecil, harus berjuang keras menghidupi kelima anaknya yang masih sekolah semua.


Itulah mengapa Nining hampir tidak pernah merasakan bagaimana rasanya punya uang saku. Dia hanya bisa terdiam di pojokan sekolah saat teman-temannya berlarian menuju kantin sekolah. Atau sesekali ada temannya yang berbaik hati mentraktir, tapi Nining selalu tidak enak hati hingga sering menolaknya secara halus. Bagaimanapun, Nining tidak ingin menggantungkan diri kepada orang lain atau memanfaatkan keadaan. Lebih baik bagi Nining untuk menahan rasa laparnya daripada harus mengorbankan perasaannya. Nining merasa belum mampu untuk gantian mentraktir sekalipun teman-temannya tulus memberikan itu. Nining selalu merasa harga dirinya dipertaruhkan. Sekalipun miskin, Nining tidak ingin jika di kemudian hari dirinya menjadi bahan ejekan hanya karena tidak punya uang.

“Mau es cendol, Nduk ?”, bapak tua menatap Nining iba.


Lekas-lekas Nining menggelengkan kepalanya. Nining tidak berani bilang tidak punya uang. Padahal sungguh, Nining sangat ingin bisa merasakan segarnya es cendol bapak tua. Ah..terpaksa Nining harus mengenal kebohongan. Gelengan kepalanya sangat bertentangan dengan keinginan hati dan mulutnya. Dan berkali-kali Nining harus menelan ludahnya yang tersisa. Betapa rasa dahaganya sangat menyiksa.


Beberapa pembeli mulai menyerbu es cendol bapak tua. Nining menduga, pasti es cendol ini sangat enak, terbukti pembelinya selalu rela berdesak-desakan. Mungkin dalam hitungan beberapa jam sudah habis. Apalagi cuaca yang cukup panas membuat dagangan pak tua selalu laris manis. Harganya juga murah, hanya seribu rupiah per gelasnya. Ironis, karena walaupun hanya seribu, Nining tidak mampu membelinya. Saat ini, Nining hanya ingin bapaknya segera datang menjemputnya, membawanya pulang dan segera melupakan keinginannya untuk minum es cendol yang sangat menggoda ini.


Nining sampai terkantuk-kantuk menunggu jemputan yang tak kunjung tiba. Disandarkannya tubuhnya di tembok pagar sekolah. Duduk beralaskan koran yang ditemukannnya di pinggir jalan. Entah berapa lama Nining tertidur saat mendengar suara bapak tua.


“Nduk..minumlah..kamu pasti haus..”


Nining tergagap sekaligus ternganga melihat bapak tua mengulurkan segelas es cendol ke arahnya. Nining hampir menggeleng ketika pak Tua segera menukasnya.


“Tidak usah bayar, gratis..”


“Tapi pak..”


“Sudahlah..bapak ikhlas kok..bapak inget sama cucu bapak..”


Ragu-ragu Nining menerima uluran tangan bapak tua.


“Terima kasih banyak pak, Tuhan akan membalas kebaikan Bapak..”


Mata Nining berkaca-kaca terharu. Tuhan mengabulkan keinginan Nining untuk bisa merasakan es cendol melalui ketulusan hati bapak tua. Dalam hati Nining berjanji untuk bisa membalas kebaikannya suatu hari nanti. Ditandaskannya segelas es cendol dalam beberapa teguk hingga tetes terakhir. Rasa dahaganya terpuaskan sudah. Bapak tua tersenyum bahagia, sebahagia hati Nining kini.

“Nduk, bapak pulang dulu ya..sudah habis dagangan bapak..”


“Hati-hati, ya Pak..terima kasih..salam untuk keluarga bapak..”


Pak tua mengangguk. Pikulannya sudah terasa ringan. Senyumnya terkembang. Nining mengikuti langkah pak tua dengan pandangan matanya. Betapa semangat bapak tua begitu besar. Di usianya yang cukup renta, mampu berjalan kaki membawa dagangannya dengan dipikul. Tak berapa lama, muncul dari kejauhan sepeda hijau tua bapak. Nining hampir menangis karena menunggu terlalu lama. Bapak mengusap kepala Nining pelan.


“Maafkan bapak..tadi ban sepedanya bocor, ditambal dulu..”

Nining mengangguk. Hilang sudah semua kesalnya. Segera Nining membonceng dan sepeda hijau tua itu bergerak pelan membelah keramaian jalan. Sekitar 500 m dari sekolah Nining, ada keramaian yang tidak biasa. Banyak orang berkerumun dan kendaraan banyak yang berhenti yang mengakibatkan kemacetan. Nining dan bapak bertanya-tanya ada apa. Tak jauh dari pandangan Nining, ada pecahan tanah liat dan kaca-kaca. Selain itu, Nining sangat mengenal sebuah pikulan yang tampak teronggok di pinggir jalan dengan keadaan yang sudah rusak. Deg..seketika Nining teringat bapak tua penjual es cendol. Bapak..ah..bahkan untuk menyebut namanya saja Nining tidak tahu. Baru disadarinya betapa tololnya tidak menanyakan siapa nama bapak tua itu.


“Ada apa pak ?”


“Ada kecelakaan pak, sebuah truk menabrak tukang es yang sedang menyeberang..”


Seketika Nining merasa lemas. Terbayang betapa ketulusan bapak tua saat memberinya minuman. Tuhan memanggilnya begitu cepat sebelum Nining sempat untuk membalas kebaikannya. Bahkan dengan cara yang tidak diduga. Sebuah kecelakaan. Beristirahatlah dalam ketenangan Bapak Tua..