Pages

Wednesday, October 19, 2011

101011


Kadang, angka tertentu diyakini mendatangkan keberuntungan. Entah sebagai sugesti atau apa, banyak orang berburu nomor cantik yang diyakini mendatangkan rejeki. Bahkan beramai-ramai orang memasang nomor supaya menang..eh..itu mah togel ya, masih adakah..atau ada yang setia pasang sampai sekarang ? Hehe..


Lain halnya dengan saya, tanggal 10 Oktober 2011, yang disingkat jadi angka 101011 merupakan hari istimewa, karena ada dua peristiwa yang menyertainya. Yang pertama, di tanggal ini genap anak kami, Andro berulang tahun ke-4. Secara kebetulan pula, hari ini adalah perayaan dua tahun Wiyono Putro Autoshop berdiri. Keduanya masih umur balita, sedang lucu-lucunya. Dua tahun adalah usia dimana anak sedang senang-senangnya berjalan, berlari, berbicara dan menyanyi. Sedangkan empat tahun adalah usia dimana anak sedang senang-senangnya bersekolah mempersiapkan pra TK-nya. Mulai senang menggambar, belajar huruf dan angka bahkan berusaha untuk bisa membaca dan menulis.


Keduanya adalah anugerah yang tak ternilai. Anak dan usaha. Harapannya, keduanya bisa sama-sama berkembang seiring sejalan saling melengkapi. Tidak mudah menciptakan sinergi yang seimbang untuk keduanya. Anak penting, usaha juga penting.


Percaya atau tidak, motivasi awal kami membuka usaha adalah karena anak. Anak adalah anugerah dari Tuhan yang sudah selayaknya dilimpahi kasih sayang yang berlimpah dari orang tuanya. Hal yang berkaitan dengan ini adalah waktu. Saat menjadi karyawan, saya dan suami sering kehabisan waktu bersama. Keduanya larut dalam pekerjaan di kantor yang menghabiskan seharian waktu kami. Akibatnya, kami terbatas untuk bertemu dan bersama dengan anak kami yang waktu itu masih bayi. Bahkan saat ibu saya yang biasa mengasuh anak kami harus pergi ke Kalimantan karena ada urusan keluarga, terpaksa anak kami titipkan eyangnya dari pihak suami yang tinggal di Yogya selama beberapa bulan sementara kami bekerja di Cirebon. Sedih rasanya harus berpisah dengan buah hati. Dua minggu sekali saya dan suami pulang ke Yogya untuk menengok anak.


Di sisi lain, menjadi dilema bagi kami untuk mencari nafkah yang sebanyak-banyaknya demi penghidupan dan pendidikan yang layak bagi buah hati. Tentunya dibutuhkan materi yang tidak sedikit. Karena itu, kami bersama-sama merancang masa depan kami dengan buka usaha bersama. Dengan berani membuka usaha, kami bisa menghasilkan pendapatan yang tidak terbatas. Tidak seperti saat menjadi karyawan yang gajinya naik tidak lebih dari 20% setiap tahunnya.


Jadi, saat ini kami merasakan banyak manfaat dengan buka usaha sendiri. Saya dan suami bisa ketemu anak setiap hari, setiap saat di toko dan di rumah. Waktunya juga lebih fleksibel untuk bertemu dengan anak. Bahkan kadang anak juga diajak ke toko. Waktu untuk kebersamaan melimpah, dan dengan restu Tuhan, semoga panghasilan yang tak terbatas bisa kami dapatkan. Tujuan akhirnya adalah keluarga harmonis, usaha lancar jaya, bermanfaat bagi semua orang. Selaras, serasi dan seimbang.


Masih teringat jelas dalam ingatan saya saat 2 tahun yang lalu, 10 Oktober 2009, awal berdirinya Wiyono Putro Autoshop yang sengaja tanggalnya dipilih sama dengan tanggal ulang tahun ke-2 anak kami. Tanggal ini dipilih sekaligus sebagai pengingat dan penyemangat bahwa ada 2 kelahiran yang sangat penting bagi kami yaitu anak dan usaha.


Sekedar diketahui, pembicaraan tentang buka usaha ini berlangsung sangat cepat. Saat lebaran di bulan September 2009, kami bertemu dengan Om Nur , Om dari suami saya yang mengajak kami untuk buka usaha di gunung Kidul, yang selanjutnya menjadi penyuport pinjaman modal awal dan motivasi. Beliau mengatakan kalau toko ban dan onderdil mobil di Gunung Kidul belum sebanyak seperti yang sudah ada di kota Yogya. Dikatakan pula, peluang buka usaha disana masih banyak.


Masalahnya, usaha harus segera dibuka karena Om Nur, memberikan deadline bahwa kalau tidak buka di bulan Oktober sesudah lebaran di tahun ini yang dianggap sebagai bulan baik untuk memulai usaha, maka usaha diundur setahun lagi. Mau tak mau kami harus bergerak cepat. Kami tertarik dengan tawaran itu, dan dalam jangka waktu satu bulan, tepatnya di bulan Oktober awal, kami resign dari pekerjaan masing-masing.


Kebetulan, tempat saya bekerja lebih memudahkan proses pengunduran diri saya karena kebetulan, karyawan pengganti posisi saya bisa cepat dicari sehingga saya bisa resign tepat sebelum anak saya berulang tahun. Sedangkan suami saya masih harus menunggu satu bulan lagi, yaitu di bulan November karena masih mengurus soal serah terima tugas dengan orang yang akan menjadi penggantinya nanti dan masih harus mengurus prosedur lain-lainnya di perusahaan yang cukup besar di Cirebon itu. Jadi, saya duluan pulang ke Yogya menyusul anak saya, sedangkan suami masih di Cirebon.


Tanggal 10 Oktober 2009, ulang tahun anak saya dirayakan di Gunung Kidul di kediaman Om kami. Suami bisa pulang dan berkumpul bersama keluarga terdekat sekaligus sebagai penanda bahwa usaha mulai dibuka. Sehari sesudah ulang tahun anak saya, suami kembali bekerja di Cirebon, anak saya ikut eyangnya di Yogya, satu jam dari Gunung Kidul. Jadi, saya terdampar sendirian di Gunung Kidul, membuka usaha sendiri. Bayangkan bagaimana rasanya jauh dari suami dan anak tercinta, dan untuk sementara saya tinggal di rumah keluarga Om Nur yang belum lama saya kenal dengan baik. Tentu rasa asing melingkupi perasaan saya. Untunglah, keluarga Om Nur adalah keluarga yang baik dan sangat mensupport sepenuh hati. O,ya Om kami ini punya usaha toko besi yang sudah besar di Gunung Kidul ini. Selama 13 tahun buka usaha, sudah punya karyawan lebih dari 20, mempunyai armada truk 10 buah, dan aset pribadi lainnya yang cukup banyak. Sudah menuai hasil pokoknya.


Awalnya, tempat yang digunakan sebagai toko ban dan onderdil ini adalah gudang tempat Om Nur menyimpan keramik dagangannya. Sambil menunggu kedatangan suami saya di bulan November nanti, saya hanya berjualan ban mobil saja tanpa onderdil. Pertimbangannya, saya masih sendirian sedangkan onderdil itu itemnya banyak sekali dan saya sama sekali belum tahu pengetahuan dasar tentang onderdil mobil. Ban saja saya belum paham. Jadi, silakan dibayangkan bagaimana bengongnya saya yang latar belakang pendidikannya adalah Sarjana Sains dari Biologi UGM, harus menjual produk berupa ban mobil yang saya belum paham betul jenisnya. Jadi, saya mempelajari sendiri sambil dibimbing oleh Om. Sedikit demi sedikit saya mulai bisa membedakan ban radial yang mana, ban standart , ukuran ban, merk ban yang ternyata jenisnya itu banyak sekali. Ampun deh..


Lama-lama, saya mulai enjoy jualan ban mobil. Apalagi saat ada yang beli. Wah..senangya tak terkira. Pernah, ada dua orang dengan perawakan tinggi besar, pakai baju u can see, trus lengannya bertato datang ke toko saya. Saya sendirian di toko dan biasanya memang sendiri, terdampar diantara tumpukan ban-ban. Awalnya agak takut juga saya, takutnya orang ini berniat jahat eh nggak tahunya beli ban truk dua. Hahay..kekhawatiran berubah menjadi keceriaan. Uang dua juta lebih saya terima. Larisss..hehe..


Lalu, bulan November suami sudah resmi keluar dari pekerjaan, bergabung bersama saya di toko. Saya lega sudah ada teman. Onderdil mobil mulai diorderkan. Ada 1000 item lebih, hah..? Gimana caranya belajar nih. Untung suami saya lulusan teknik mesin UGM, paham tentang onderdil mobil jadi saya bisa belajar pelan-pelan. Kemudian saya dan suami mulai menempati rumah sendiri, tidak tinggal di rumah Om dan bulek lagi. Masih ngontrak sih, tapi bagus untuk tempat tinggal. Kan masih berjuang.


Bulan Desember, kami dapat orang yang akan mengasuh anak kami dan mengurus kebutuhan rumah tangga saat kami di toko. Jadi, anak kami bawa, tidak dititipkan di eyangnya lagi. Resmi di bulan Desember kami tinggal sebagai keluarga yang utuh tidak tercerai berai lagi. Senangnya..


Bulan Maret 2010, kami mulai membeli alat tyre changer ( untuk memasang ban ) dan alat untuk balancing ban. Sedikit demi sedikit mulai ada perkembangan pelanggan. Paling tidak, setiap hari ada pembeli. Entah membeli onderdil atau beli ban atau sekedar balancing. Walaupun rame atau sepinya tidak mesti, tapi paling tidak ada pemasukan yang bisa membuat dapur ngebul. Pokoknya harus bisa mengatur keuangan saja. Berapa persen untuk kulakan, untuk kebutuhan sehari-hari, untuk biaya operasional, semuanya sudah ada posnya sendiri-sendiri.


Bulan Juni 2010, kami dipercaya oleh suplier ban truk dari India untuk menjadi agen satu-satunya di Gunung Kidul. Kami tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Terbukti, ban ini sangat awet dan berkualitas baik bila dibandingkan dengan ban truk lainnya. Sedikit demi sedikit kami bisa menjual produk ini.


Hingga perjalanan usaha kami menginjak usia dua tahun ini, banyak suka duka yang kami kecap. Ada kalanya kami merasakan enak saat jadi karyawan ( biasanya kalau toko lagi sepi ) karena gaji tiap bulan sudah pasti. Saat sekarang, pendapatan tidak pasti, tapi banyak sekali tantangan yang harus kami taklukkan. Saat toko ramai, gaji satu bulan bisa kami dapatkan dalam waktu beberapa jam. Rasanya senang sekali saat itu. Campur-campurlah rasanya. Trus, di usia 2 tahun ini kami juga sudah punya satu karyawan. Harapannya, dari satu ini bisa berkembang lebih banyak lagi seiring dengan perkembangan usaha.


Nah, semoga usia usaha kami yang masih hijau ini bisa berkembang secara signifikan dari waktu ke waktu, semakin dikenal, semakin banyak pasar yang diraih dan semakin menunjukkan kualitasnya. Dan semoga, anak kami pun semakin bertumbuh secara alami, menjadi anak yang membanggakan dan memuliakan semua orang. Amin.


Hm..ceritanya cukup sekian dulu ya, ada yang ban mobilnya bocor tuh, mau nambal ban tubeless dulu hehe..( karyawannya maksudnya, saya bagian kasir aja..). Dagh..lain kali disambung lagi ceritanya..semoga bermanfaat.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya